Menulis, haduh kedengarannya sederhana tapi cukup membingngkan untukku karena tidak terbiasa menulis. Hahaha sangat kacau. Bagaimana tidak, aturan menulis saja tidak tau, ide tidak punya dan materi nggak jelas ma di bawa kemana.. Hohoho ngalir aja lah.
Ini sebenarnya inisiatif dari kebosananku menunggu panggilan kerja. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan pun telah berganti tahun. Tercatat sudah satu setengah tahun lamanya. Sabar, sabar dan masih bersabar.
Oh ya sebelumnya, saya minta maaf karena tulisan ini tidak menggunakan panduan EYD (Ejaan Yang Disemprnakan) jadi ini asal-asalan saja, alias iseng.
Saban hari pekerjaan sementara hanya main game, facebookan, tidur, makan. Belum ada sesuatu yang istilahnya menjanjikan produktivitas. Ya, meski pada awalnya menyenangkan tapi lama kelamaan bosan juga. Hahaha ya mencoba hal yang baru, yaitu menulis.
Tema kali ini aku ingin menulis tentang positif thingking. Pembaca tentu sudah sangat paham dengan dua kata itu. Positif itu ya positif, thingking itu arti dalam bahasa Indonesianya berpikir. Jadi, positif thingking itu berpikiran yang positif artinya berpikir yang baik-baik saja. :D
Dalam menghadapi dampak suatu masalah, banyak dari kita menyikapi dengan hal-hal negatif bahkan ada yang langsung mengujar kata-kata vulgar. Contohnya saja saat kita berjalan, kita tersandung batu. Secara reflek kita langsung mengatakan “aduh”, “anj*ng”, “kucing” atau segala macam produk kebun binatang kita sebut. Salahkah?! Hahahaha namanya juga refleks, masih untung refleks kita bagus. Tetapi jarang yang mengatakan seperti ini, “berarti aku diperingatkan untuk lebih berhati-hati dalam berjalan”. Hmmm seperti itulah contoh kecilnya.
Sama-sama mengalami kesakitan karena tersandung batu, yang satu mengucapkan “kata-kata mutiara” dari isi kebun binatang, sedang yang satunya berpositif thingking bahwa lain kali harus lebih berhati-hati. Mana yang agan-agan minati, yang mana saja boleh lho?!
Positif thingking dengan berprasangka baik sama atau tidak? Pada dasarnya sama, cuma muaranya saja yang beda. Posthing itu muaranya dari pikiran kita, sedang prasangka itu dari perasaan. Dalam artikel ini sebut saja sama ya, toh pikiran dengan perasaan juga mesti diselaraskan.
Om Mario Teguh dalam acara Golden Ways (episode berapa saya lupa) pernah berujar seperti ini “berprasangkalah yang baik setidaknya kita memiliki satu kebaikan. Misalkan kita kenalan dengan orang, berprasangkalah yang baik, mengapa? Saat kita berprasangkalah yang baik terhadap orang itu, jika orang itu benar-benar baik maka kita mendapat dua kebaikan, 1) prasangka kita yang baik 2) dia (orang itu) benar baik seperti persangkaan kita. Jika kita berprasangka buruk kepada seseorang, yang ternyata orang itu baik kita rugi 2x. Yang pertama kita berprasangka buruk dan yang kedua kita salah menilai seseorang. Dan saat kita berprasangka baik pada seseorang namun, ternyata orang itu tidak baik, setidaknya kita dapat satu kebaikan yaitu persangkaan yang baik.” versi kalimatku lho ya!
Hahaha entahlah, ya bagaimanapun kejadiannya ataupun akibatnya, tetaplah berpositif thingking, ingatlah Tuhan lebih tau mana yang terbaik untuk kita. Mungkin ada jalan lain untuk kita yang lebih baik, atau itu merupakan suatu pelajaran agar kita kedepannya menjadi individu yang lebih baik. Tuhan itu Maha Tahu apa-apa yang tidak kita ketahui.
Kalau salah di koreksi ya!
Terima kasih sudah di baca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar